Percaya Diri atau sering lebih beken diistilahkan dengan 'pede' adalah hal penting yang dibutuhkan individu karena itu menunjukkan kualitas personal yang dimilikinya. Dengan memiliki PeDe berarti kita sudah memulai perjalanan hidup yang berlandaskan pada keunggulan-diri, misi hidup yang kita tentukan, cita-cita yang kita inginkan, langkah hidup yang akan kita ambil dan kemudian arah dimana kita akan meraih apa yang benar-benar kita inginkan. PeDe juga akan memotivasi kita untuk menghancurkan aral merintang dalam meraih mimpi dan harapan.Kamu tak perlu sempurna untuk memiliki PeDe, kamu hanya perlu memiliki pandangan yang baik mengenai diri kamu sendiri.
Namun sayang banget PeDe yang terjadi sekarang sudah digunakan pada hal-hal yang bukan pada porsinya. Ngga jarang PeDe didefinisikan secara ngawur dalam arti PeDe yang dibutuhkan pada sesuatu yang bukan kita butuhkan tetapi diselewengkan.Kadang kita sulit membedakan antara PeDe dengan merasa benar sendiri (Egoism). Padahal sebenernya sih PeDe yang sesungguhnya dengan merasa menang sendiri bukanlah karena perbedaan kadar melainkan murni karena motif yang ada di dalamnya. Artinya, baik praktek perilaku, sifat, dan sikap mau menang sendiri bukanlah karena kadar rasa percaya diri yang terlalu kuat melainkan justru karena kurang dari kadar yang dibutuhkan dan akhirnya menyimpang
Ketika kita membangun asumsi dasar mengenai diri kita Pede yang menyimpang berangkat dari sumber motif berupa perasaan yang merasa kurang memiliki kemampuan potensial untuk diolah menjadi keunggulan guna mengalahkan tantangan yang ada guna meraih apa yang diinginkan, biasanya kita berpikir untuk mengambil solusi dari luar yang nggak jarang kontra banget dengan kepentingan orang lain yang memiliki keyakinan serupa. Di level internal, keyakinan demikian sering membuat orang merasa tidak punya alasan untuk menghargai dirinya secara positif, misalnya saja munculnya perasaan Self-laziness atau "The I cannot attitude". Pede yang yang menyimpang (cth: ego-centered, dll) juga berangkat dari sumber perasaan yang merasa takut secara berlebihan (feeling of fear). Orang yang pede dalam arti 'self confidence' bukanlah orang yang tidak memiliki rasa takut atau rasa kurang tetapi ia memiliki kemampuan bagaimana menguasainya (self mastery) agar tetap berada dalam norma kadar yang bisa dikendalikan. Asumsi dasar yang digunakan berangkat dari perasaan memiliki kemampuan (self-sufficient) untuk mengatasi tantangan dan merealisasikan apa yang diinginkan. Rasa Percaya diri seperti inilah yang sebenarnya kita butuhkan. Bedanya lagi, pede yang terakhir adalah murni berupa pencapaian kualitas hidup yang diraih seseorang melalui proses usaha, sementara pede yang menyimpang bisa kita katakan sebagai limbah yang berarti untuk mencapainya tidak diperlukan proses atau usaha pun.
Sesungguhnya dalam diri kita sebenarnya sudah memiliki patokan yang dapat membedakan antara PeDe dengan mau menang sendiri jika kita memiliki Perasaan (Emotional) , Hati (Spiritual) , dan Akal (Intellectual) . Ketiganya bisa menciptakan usaha untuk mencerdaskannya secara terus-menerus. Perasaan adalah perangkat internal untuk merasakan impuls atau stimuli (godaan & tawaran) yang dapat membedakan bad dan good. Hati berfungsi untuk memaknai kebenaran hukum alam yang sudah diformalkan atau yang belum, hatilah yang akan berbicara dengan 'suara hati kecil'. Dilihat dari sebutannya saja sudah bisa ditebak mengapa kita jarang mendengarkannya. Akal memiliki banyak penglihatan sehingga dikatakan 'the window', pintu exit-permit yang bisa menyumbangkan muatan perasaan atau keyakinan. Patut diakui di antara penyebab penyimpangan adalah adanya pengetahuan oleh akal yang tidak bisa menghasilkan pemahaman personal secara definitive antara rasa percaya diri dan mau menang sendiri.
Ada beberapa saran supaya kita tidak terjerumus dalam PeDe yang menyimpang yaitu Pertama, Miliki kebiasaan untuk mencerdaskan pikiran, perasaan, dan hati adalah kebutuhan mutlak. Kedua, Untuk mempertebal rasa percaya diri, kita melawan kecenderungan internal yang menawarkan godaan untuk menyimpang sementara jurus mempertahankan kita gunakan untuk memperkuat pertahanan dari serangan luar. Penggunaan yang salah dengan membalik fungsi akan memperlemah personal power yang berarti dapat memperlemah rasa percaya diri.Ketiga, memiliki komitmen untuk merealisasikan gagasan ke tindakan secara sirkulatif bisa mempertebal rasa percaya diri dengan syarat sampai mendapat apa yang disebut 'the moment of truth' atau sampai benar-benar berhasil. Ketika kamu yakin PeDe kamu benar, ketika kamu percaya pada diri kamu sendiri dan kamu mengharapkan mencapai sesuatu, maka kamu akan mencapainya. So, PeDe aja lageee!.
Namun sayang banget PeDe yang terjadi sekarang sudah digunakan pada hal-hal yang bukan pada porsinya. Ngga jarang PeDe didefinisikan secara ngawur dalam arti PeDe yang dibutuhkan pada sesuatu yang bukan kita butuhkan tetapi diselewengkan.Kadang kita sulit membedakan antara PeDe dengan merasa benar sendiri (Egoism). Padahal sebenernya sih PeDe yang sesungguhnya dengan merasa menang sendiri bukanlah karena perbedaan kadar melainkan murni karena motif yang ada di dalamnya. Artinya, baik praktek perilaku, sifat, dan sikap mau menang sendiri bukanlah karena kadar rasa percaya diri yang terlalu kuat melainkan justru karena kurang dari kadar yang dibutuhkan dan akhirnya menyimpang
Ketika kita membangun asumsi dasar mengenai diri kita Pede yang menyimpang berangkat dari sumber motif berupa perasaan yang merasa kurang memiliki kemampuan potensial untuk diolah menjadi keunggulan guna mengalahkan tantangan yang ada guna meraih apa yang diinginkan, biasanya kita berpikir untuk mengambil solusi dari luar yang nggak jarang kontra banget dengan kepentingan orang lain yang memiliki keyakinan serupa. Di level internal, keyakinan demikian sering membuat orang merasa tidak punya alasan untuk menghargai dirinya secara positif, misalnya saja munculnya perasaan Self-laziness atau "The I cannot attitude". Pede yang yang menyimpang (cth: ego-centered, dll) juga berangkat dari sumber perasaan yang merasa takut secara berlebihan (feeling of fear). Orang yang pede dalam arti 'self confidence' bukanlah orang yang tidak memiliki rasa takut atau rasa kurang tetapi ia memiliki kemampuan bagaimana menguasainya (self mastery) agar tetap berada dalam norma kadar yang bisa dikendalikan. Asumsi dasar yang digunakan berangkat dari perasaan memiliki kemampuan (self-sufficient) untuk mengatasi tantangan dan merealisasikan apa yang diinginkan. Rasa Percaya diri seperti inilah yang sebenarnya kita butuhkan. Bedanya lagi, pede yang terakhir adalah murni berupa pencapaian kualitas hidup yang diraih seseorang melalui proses usaha, sementara pede yang menyimpang bisa kita katakan sebagai limbah yang berarti untuk mencapainya tidak diperlukan proses atau usaha pun.
Sesungguhnya dalam diri kita sebenarnya sudah memiliki patokan yang dapat membedakan antara PeDe dengan mau menang sendiri jika kita memiliki Perasaan (Emotional) , Hati (Spiritual) , dan Akal (Intellectual) . Ketiganya bisa menciptakan usaha untuk mencerdaskannya secara terus-menerus. Perasaan adalah perangkat internal untuk merasakan impuls atau stimuli (godaan & tawaran) yang dapat membedakan bad dan good. Hati berfungsi untuk memaknai kebenaran hukum alam yang sudah diformalkan atau yang belum, hatilah yang akan berbicara dengan 'suara hati kecil'. Dilihat dari sebutannya saja sudah bisa ditebak mengapa kita jarang mendengarkannya. Akal memiliki banyak penglihatan sehingga dikatakan 'the window', pintu exit-permit yang bisa menyumbangkan muatan perasaan atau keyakinan. Patut diakui di antara penyebab penyimpangan adalah adanya pengetahuan oleh akal yang tidak bisa menghasilkan pemahaman personal secara definitive antara rasa percaya diri dan mau menang sendiri.
Ada beberapa saran supaya kita tidak terjerumus dalam PeDe yang menyimpang yaitu Pertama, Miliki kebiasaan untuk mencerdaskan pikiran, perasaan, dan hati adalah kebutuhan mutlak. Kedua, Untuk mempertebal rasa percaya diri, kita melawan kecenderungan internal yang menawarkan godaan untuk menyimpang sementara jurus mempertahankan kita gunakan untuk memperkuat pertahanan dari serangan luar. Penggunaan yang salah dengan membalik fungsi akan memperlemah personal power yang berarti dapat memperlemah rasa percaya diri.Ketiga, memiliki komitmen untuk merealisasikan gagasan ke tindakan secara sirkulatif bisa mempertebal rasa percaya diri dengan syarat sampai mendapat apa yang disebut 'the moment of truth' atau sampai benar-benar berhasil. Ketika kamu yakin PeDe kamu benar, ketika kamu percaya pada diri kamu sendiri dan kamu mengharapkan mencapai sesuatu, maka kamu akan mencapainya. So, PeDe aja lageee!.
0 komentar:
Posting Komentar